Rabu, 25 November 2015

Aku ini siapa?

Sabtu malam aku berandai-andai...
Aku melihat kamu di tempat itu.
Dengan kemeja yang licin, sepatu yang mengkilap dan celana yang tak lagi sobek-sobek.
aku melihat kamu berjalan masuk ke tempat itu dengan penuh kerendahan diri, dagu mu turun tak lagi naik.

ku pejamkan mata dan kulihat tanganmu mengepal dan sakumu hanya isi kunci kunci. Ku berkhayal tinggi hingga langit ke tujuh bisa mendengar suaramu menyaksikan pengalaman pribadimu.

tak ada lagi aku aku aku aku tapi kamu kalian dan mereka juga kita.
tak ada lagi kotak itu, tak ada lagi hitam itu dan tak ada lagi ragi itu.

kemudian aku terdiam. aku bercermin dan berbisik:"Aku ini siapa?"

Kamis, 22 Oktober 2015

Diammu, Diamku

aku bertanya bagaimana kabarmu hari ini? sekarang sedang apa dan berada dimana? Apakah kamu sudah makan? Apa yang kamu makan? Apa rencanamu di akhir pekan ini? Apakah kita bisa bermain?

Aku mau bertanya tentang banyak hal. Tentang dirimu. Tentang siapa kamu? Mengapa dengan penampilanmu yang seperti itu kamu menyembunyikan seseorang yang sangat aku suka? Seseorang yang selama ini kucari.

Aku bertanya mengapa kamu terlihat sendiri tetapi tidak, apakah kamu selama ini kesepian? atau mungkin tidak sama sekali. Aku mau bertanya siapa perempuan ini, siapa perempuan itu. Bagaimana kamu menganggap perempuan-perempuan itu, aku berselimut cemas.

Kemudian aku mau bilang, aku pikir tadinya kamu hanya angin ternyata aku ingin. Kau tarik aku dengan pesona pikiranmu, cara mu memandang hidup ini. Aku mau melihat dari kacamatamu.

Setiap kali aku makan, aku mau bertanya kamu mau makan apa? Kamu mau aku masak apa untukmu? Aku rasa aku bisa memasak apapun untukmu. Aku mau kamu sehat selalu, jauh dari segala yang buruk dan jahat, terhindar dari segala marabahaya. hati-hati di jalan ya :)

Aku mau panggil namamu, aku mau punya sedikit dari namamu. Aku mau dipanggil dengan namamu.

Kemarilah, aku ingin dengar ceritamu. Aku mau dengar katamu dua tambah dua bukanlah empat. Aku mau memahamimu. aku mau belajar namun maaf jika aku lambat belajar.

Siapa saja teman teman bermainmu? aku ingin kenal dan memastikan kamu selalu bahagia dengan teman-temanmu.
Kapan bermain dengan aku?

Terutama aku mau bertanya, apakah aku dipandangmu? bagaimana aku dari kacamatamu. Apakah seorang yang besar ataukah tak berarti? Aku ingin tahu bagaimana kamu mengenang akan aku? Dapatkah kamu?

Apa jawabmu? Kau bilang apa?
Aku tidak dengar.

atau tidak tahukah kamu? Aku menyusun kata demi kata dalam diam.

Aku senyum, kamu senyum.
Aku diam, kamu diam.

Senin, 09 Maret 2015

Tuhan Memberikan 2 Karunia

Filipi 1:27-30
"Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil,
dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah.
Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,
dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku."

Ternyata selain karunia untuk percaya kepada Kristus, saya juga diberikan karunia: menderita untuk Dia.

Ketika ditanya apa yang akan saya katakan kepada teman saya yang sedang menghadapi masalah yang teramat berat, seorang teman yang mulai mempertanyakan Tuhan, saya sontak menjawab:

"hmm, sabar ya. Kamu ga sendiri kok, apapun yang terjadi dalam hidupMu pasti atas ijin Tuhan, dengan ini Tuhan mau angkat kamu ke level yang lebih baik lagi."

Saya ditegur teramat keras oleh seorang pendeta di Gereja saya menanggapi apa yang saya pikir akan saya katakan pada teman dengan kasus diatas.

Kemudian beliau menjelaskan kepada saya sebuah nats seperti yang saya kutip di atas.
Beliau bertanya: "Siapakah yang memberikan ujian? Apakah Tuhan menguji setiap kita?"

Jawabannya: "TIDAK."

Untuk apa Tuhan mengijinkan sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup kita hanya untuk mengangkat kita ke level yang lebih baik lagi?
Kita seolah-olah tidak mengenal betul siapa Tuhan yang selama ini kita puji dan sembah.
Seolah-olah Tuhan itu sangat jauh dengan kita. Dia di Surga dan kita di Bumi, dan Dia hanya memandang kita dari Surga, mengamat-amati apa respon kita terhadap ujian yang Dia berikan.

Beliau heran, pernah didengarnya seorang guru sekolah minggu berkata:"Jangan berisik ya, nanti Tuhan marah lhoo... nanti dihukum Tuhan lhoo..."

Seolah-olah Tuhan kita adalah Tuhan yang pemarah. Kita sepertinya tidak mengenal betul siapa Tuhan itu.

Mari kita baca tentang nats yang ada dalam Markus 10:13-16, Matius 19:13-15, dan Lukas 18:15-17 tentang Yesus yang memberkati anak-anak.

Berikut nats yang dikutip dari Markus 10:13-16
"Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."
Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka."

Jangan kita mengarang ngarang bagaimana Tuhan. Tuhan bukanlah Tuhan yang pemarah. Mengapa kita membicarakan tentang Tuhan yang tidak kita kenal? Mengapa kita membuat Tuhan seolah olah jadi Tuhan yang suka memberikan hukuman?

Tuhan sendiri jelas dalam Filipi 1: 27-30 mengaruniakan 2 karunia:
1. Karunia untuk percaya kepada Kristus
2. Karunia untuk menderita untuk Dia.

Pada dasarnya kehidupan kita didunia ini sangat akrab dengan penderitaan, bukan Tuhan yang mendatangkan penderitaan itu, namun benar bahwa Tuhan mau kita menderita dalam kebenaran.

Bukan ayahmu yang dibiarkan meninggal hanya untuk menguji imanmu pada Tuhan, bukan ibumu yang diperbolehkan sakit hanya untuk melihat hatimu.
Masa'kan jikalau ayamu tidak meninggal itu berarti imanmu teguh dalam Tuhan? Apa jaminannya?
Masa'kan jikalau ibumu sembuh dari sakit penyakit itu berarti Tuhan telah melihat hatimu yang teguh?

Masa'kan Tuhan tidak mengetahui kemampuanmu? Masa'kan Tuhan tidak mengenal iman dan menyelidiki hatimu?
Bukankah Dia adalah Tuhan yang Maha Tahu?

Masa'kan hanya untuk mengangkatmu ke level yang lebih baik lagi, Dia harus membakar rumahmu? Membuatmu dalam kesulitan? Apa benar Dia tidak tahu level mu saat ini sehingga Dia harus mengujinya?

Mengapa kita menggambarkan Tuhan sebatas Tuhan yang kita dengar dari orang lain? Dari cerita dan kesaksian orang lain? Tidak ada kah kita pernah mengalami Tuhan pribadi di dalam kehidupan kita?

Tuhan menginginkan kita menderita dalam kebenaran, menderita untuk Dia. Dia tidak pernah menjanjikan mengikut Dia akan enak-enak saja dan bahagia, namun Dia menjanjikan bahwa Dia akan terus bersama-sama kita.

Matius 28:20 "dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Bukankah memang selama kita masih di dunia ini, kita akan akrab dengan penderitaan?
Tuhan mau meskipun kita menderita, kita tetap menderita dalam kebenaran.
Kita menderita karena kita benar, bukan karena kita salah. Kita menderita untuk Dia. Kita tidak hanya mengikut salib namun kita diminta untuk memikulnya.

Untuk apa Tuhan rela mati di kayu salib untuk umat manusia jika setelahnya Dia malah senang melihat kita dalam penderitaan?
Seolah-olah Tuhan hanya mengamat-amati kita dari atas (Surga) kemudian menilai respon kita terhadap ujian yang diberikan.

Ujian.
Apa sebenarnya ujian itu?
Pernahkah kamu mengalami ujian?
Mengapa ada ujian?
Bukankah ujian adalah sesuatu yang harus kamu hadapi sendiri seperti ujian sekolah? Apakah kamu bisa mengerjakan soal ujian berdua dengan temanmu?
Untuk apa sebenarnya guru/dosen memberikan soal ujian? Benar, untuk mengetahui kemampuan kita.
Jadi, Tuhan tidak memberikan ujian karena Dia toh sudah tahu kemampuan kita. Dia sudah tahu hati kita itu seperti apa, Dia tahu detail tentang kita.

Lalu, jika kamu adalah orang beriman dan berhati teguh, berlaku kudus dan suci, adakah kamu yang empunya kerajaan Surga?

1 Korintus 13:2
"Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna."

Maka sekarang, ketika ada teman yang sedang mengalami penderitaan, marilah kita melihatnya bukan sebagai ujian, namun sebagai sesuatu yang memang harus terjadi.
Bukan ujian, yang harus diselesaikan seorang diri seperti ujian sekolah, namun penderitaan yang harus dilalui bersama-sama dan bersama Tuhan.
Adakah kita sudah menjadi teman untuk teman kita yang sedang mengalami penderitaan?
Jangan kita ada hanya sebagai solusi, ketika kita hanya memberikan solusi tanpa adanya empati, disana lambat laun relasi akan terkikis, hanya akan bertebaran kalimat-kalimat positif yang kehilangan kekuatannya.
Mari kita sekarang ikut merasakan penderitaan yang sedang teman kita alami sebagai perwujudan kasih kita. Menderita bersama.

Kini, kepada seorang teman saya yang sedang mengalami penderitaan, maaf saya tidak bisa menyampaikannya langsung, saya ingin sekali berkata,"kamu mampu, kamu bisa melalui ini semua, apa yang bisa saya lakukan untukmu?"

Tuhan, dengarkanlah doa-doanya.
Salam.

Jumat, 20 Februari 2015

Atas Nama Kasih

Momen wisuda adalah momen yang penuh arti. Bukan hanya untuk sang wisudawan maupun orang tuanya, namun juga untuk cinta-cinta yang selama ini terpendam.
Sudah dipercaya untuk menjemput orang tua nya di bandara sampai menjadi EO dadakan untuk even syukuran wisuda doi bukan jaminan janur kuning akan segera melengkung. Boro-boro, bahkan mungkin secara personal dengan doi belum lampu hijau.
Mereka terjebak "Friendzone".

Friend, my butt.

Mengurus segala sesuatu bersama, makan bersama, melewati momen penting bersama juga bukan jaminan ada rasa cinta yang terpantik.
Dan meskipun seluruh dunia tahu klo cinta itu bertepuk sebelah tangan tapi doi ga tahu, semuanya akan terlihat seperti......tidak pernah terjadi apa-apa.

Perhatian sudah sampai tumpah tumpah dicurahkan. Tenaga, pikiran, waktu bahkan mimpi sudah rela dibagikan.

Mereka bahkan saling men-cie-kan dengan orang lain yang...terlihat ditaksir. Padahal yang dicintai ada di depan mata.

Waktu terus berjalan, meninggalkan cinta yang tidak pernah dikenal sang empunya.
Tubuh bergerak menjauhi cinta itu, berlari ke depan dengan seonggok beban dan harapan orang orang yang mencintai tubuh. Dengan langkah penuh pasti, bayangannya perlahan menghilang. Hilang dari pandangan, hilang dari pengawasan.
Seringnya mencuri pandang saat berlatih paduan suara bersama, saat rapat bersama, bahkan saat ibadah bersama.

Tidak apa tidak memilikinya, selama masih bisa terus melihatnya.

Sekarang tidak memilikinya menjadi satu masalah besar, karena tidak bisa lagi melihatnya. Ruang dan waktu memisahkan raga.

Takkan lagi terdengar alunan melodi yang dia mainkan lewat tuts tuts piano, takkan lagi terdengar dialeknya yang sangat kental mengejutkan selengkung senyum.
Dan yang pasti, takkan ada lagi debar debar yang muncul jika berada di dekatnya, menatap matanya, mendengar tawanya, bahkan menyentuh bahunya.

Kini tinggallah seorang diri, mengantarkan cinta yang tak punya jawaban pergi memberi jarak untuk sebuah masa depan yang masih kabur namun menjanjikan.
Kini tinggallah seorang diri, yang malam sebelum mengantar cinta pergi, sempatnya mencuci rambut hingga berbau taman bunga.
Bangun pagi sekali karena penerbangan paling awal, tak mau tertinggal melihat wajahnya untuk yang rasanya terakhir kali. Terakhir kali dengan raga yang masih ditempeli rasa cinta yang tak terungkapkan.
Mungkin besok perasaan bisa berubah, mungkin juga tidak, atau mungkin abadi?
Bukankah yang abadi di dunia ini adalah perubahan itu sendiri? Entahlah.

Mungkin cinta itu bukannya belum terungkapkan, namun belum terjawab, atau mungkin telah dijawab dan jawabannya "jangan mencintai aku." atau "aku hanya menganggapmu adik." atau malah "tunggullah sampai aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri." atau bahkan "terima kasih sudah mencintaiku, tapi maaf aku sudah punya cinta yang lain."
Waw.

Aku sangat iri pada mereka yang berani menyatakan cintanya.
Bukan hanya berani mengungkapkannya, tapi mereka berani mendengar dan melihat respon sang empunya cinta.
*standingapplause*

Keberanian itu mematahkan rasa penasaran yang sudah sampai ke ubun-ubun, memperjelas harapan yang kabur, dan menjalankan hidup ke langkah lainnya.

Atas nama kasih, selamat atas kelulusannya. Semoga sukses cita dan cintanya. Kalau udah ada "calonnya", undang-undang lah ya.

Heartless.

Senin, 02 Februari 2015

Rumah Untuk Pulang

Saya benar-benar punya seorang teman laki-laki, saya dan dia sudah berteman kurang lebih 3 tahun, saya dan dia berasal dari suku dan latar belakang agama yang berbeda. Saya dan dia benar-benar sebatas teman.
Beberapa kali saya sempat gemas mengapa ada di dunia ini laki-laki yang begitu saya sukai sebagai teman?
Menurutnya kami akan jadi pasangan yang hebat, tuturnya dalam suatu candaan.
Dia bisa benar-benar sangat manis seperti coklat dan bisa benar-benar asam seperti strawberry.
Malam ini saya membuka sebuah link yang dishare seorang teman di facebook. Link terkait tentang tanda tanda seorang cowok sangat mencintaimu.
Saya baca satu per satu dan dapat menyimpulkan bahwa kami lebih jauh dari itu. Jauh lebih nyata.
Kami tidak pernah saling menyatakan cinta, pernyataan kasih sayang dalam skala grup sering terlontar bukan personal. Saya rasa itu hal yang wajar.
Kami masing masing punya seorang lain. Seorang lain yang kami rasa lebih pantas dideklarasikan: kami masing-masing menyukai orang lain. Juga.
Bukan berarti kami tidak saling menyukai.
Kami berbagi makanan, kami melayani minum, kami pinjam meminjam hal aneh, kami bertengkar tanpa sebab, kami berbaikan tanpa alasan.
Kami selalu ada satu sama lain untuk satu sama lain.
Saya sebagai seorang perempuan, untuk saat ini hanya akan membahas bagaimana mungkin hal hal yang telah dia buat, kami lakukan, kami lalui, tidak bisa membuat kami lebih dari sekedar teman? Di saat pasangan lain berjalan hanya karena punya sedikit keberanian untuk kehilangan.

Dia selalu ada kapanpun dimanapun saya membutuhkannya.
Dia tidak pernah memuji saya hanya di depan saya.
Dia selalu menolong saya.
Dia mengatakan rok saya terlalu pendek saat orang lain bilang saya sangat cantik dengan rok itu.
Dia tidak suka saya dandan.
Dia bilang saya seperti ibunya.
Dia......memperhatikan hal kecil pada diri saya.
Dia tidak bisa menyembunyikan wajah bete nya ketika saya tidak mau bertemu.

Kadang kami bertemu kadang kami berpisah, kami tidak bertemu setiap hari bahkan tidak setiap minggu. Kami tidak bertukar pesan singkat, kami lebih suka mendengar suara. Telepon singkat dengan pertanyaan, "dimana?"
Tulisan ini sebenarnya bisa jadi sangat romantis jika diekspresikan dengan bahasa inggris, namun saya memutuskan biarlah tulisan ini tidak terlihat seromantis itu karena ini hanya sebuah tulisan.
Ketika kami memulai pembicaraan, kami selalu memanggil nama terlebih dahulu:"Dian, ......"
Kami tidak pernah menonton film berdua, karena kesukaan film kami berbeda.
Kami tidak pernah makan berdua juga karena kami tidak tulus hanya ingin makan. Rasanya seperti ada yang salah.
Kami tidak pernah menghabiskan waktu hanya berdua.
Hal yang paling saya suka sekaligus hal yang paling menjengkelkan saya adalah saat dia menjadikan saya:"rumah untuk pulang."
Dia begitu jujur dan polos, mengakui segala kesalahan dan kekeliruannya. Saat dia lelah dan bosan, dia tahu saya akan selalu jadi rumahnya untuk pulang.
Meskipun di hari hari selanjutnya dia lambat menjadi dia yang lebih baik, dia selalu tau kemana dia harus pulang.
Kadang saya benci dengan kebodohan saya, mau mau nya saja saya jadi "rumah untuk pulang." untuk dia.
Benar, saya tidak mampu untuk menolaknya. Karena saya selalu mampu melakukan apapun karena dia.
Dia sering tidak mendengarkan peringatan saya dan dia selalu kembali dengan wajah menyesal tanpa berkata apapun. Sungguh mengesalkan, bukan?
Ketika saya berhubungan dengan laki-laki lain, dia sepertinya tidak peduli tetapi selalu penuh argumentasi untuk menyatakan sesuatu yang samar. Sesuatu yang sangat sulit diucapkan.
Tembok harga dirinya menjunjung hingga tingkap langit. Mungkin dia malu, atau hanya takut semuanya tidak akan sama lagi.

Senin, 04 Agustus 2014

Too Sweet to Happen

Jadi, dia yang pernah gue omongin di postingan gue sebelumnya yang berjudul,"He didn't get what I laughed for, he didn't get me.", adalah orang yang sama yang bikin hari H ulang tahun gue kemaren (24 Juli 2014) berkurang kebahagiaannya 0,00009%. Iya, dia orang yang sama yang sangat gue harapkan mengucapkan selamat ulang tahun ke gue.
Sumpah ya, gue ga tau klo ternyata dia ngucapin tuh pas hari H dan gue baru liat malam ini juga itu juga karena dikasih tau orang lain. Klo ga dikasih tau, mungkin gue akan tetep beranggapan bahwa hubungan kami udah ga baik-baik aja kaya dulu.

Malam ini, setelah gue tau kebenarannya, gue seneeeeeeng banget dan ngerasa jadi cewe paling bahagia di dunia ini.
Bukan soal gue punya kesempatan lagi buat mengenal baik dan mengenal jauh sosok dia, tapi soal setelah insiden kemaren gue penasaran aja posisi gue dimana nih, harusnya gue ngapain, dlsb. Otak gue dipenuhi berbagai macam spekulasi dan kemungkinan kemungkinan yang tidak perlu. Lelah~
Terima kasih untuk seorang adik yang telah memberitahu soal sesuatu itu, yang sepele sih sebenernya tapi klo dikaji dari sudut pandang cewe yang lagi kesenengan bisa jadi super duper berlebihan :3

Hubungan kami membaik dan mulai mencair. Klo hati gue sih udah lama melelehnya, dilelehen kamu~ iya kamu~

Berkat dia juga, gue rasa gue udah berhasil move on dari Ilalang gue.
Terima kasih ya atas saat-saat yang menyenangkan itu. I owe you :)

Klo boleh gue berpantun sedikit buat dia, biar greget:

Ada bolu di atas loyang,
Bolunya bikinan mami Tati.
Ini sayang bukan sembarang, Sayang.
Tapi langsung dari hati.

~Jesus bless you more and more :D

Jumat, 25 Juli 2014

24 Juli 2014

Hai semuanyaaaaaaa!
Cie dua puluh tahun cie.
Jadi, ceritanya kemaren itu gue ulang tahun gitu deh..hehe
Gue sebenernya bukan tipe orang yang suka ulang tahun karena satu dan dua alasan.
Ulang tahun gue kali ini agaknya sedikit berbeda dari tahun tahun sebelumnya, karena di hari ulang tahun gue, seharian penuh, 24 jam gue ada bersama keluarga gue. Gue tidak mengagendakan untuk pergi sama teman teman dlsb.

Oh ya, perihal info ulang tahun gue di facebook, sebenernya gue lebih seneng klo temen temen inget ulang tahun gue tanpa notification facebook. Lebih gimanaaaaa gitu.

Ada toko kue yang ga buka cabang di Jogja, jadi pada kesempatan kali ini, gue secara khusus membeli kue ulang tahun dari toko tersebut. Gue ga pake pesen segala, dan itu kue terakhir di toko itu kemaren, untung masih kebagian.

Nah, kemaren paginya itu nyokap gue masak panggang ayam, spesial karena ulang tahun gue. #fyi, panggang ayam ini adalah masakan yang ribeeeet bgt masaknya, biasanya 'keluar'nya cuma di hari hari spesial aja atau di hari hari lagi rajin mengolah. Tetep aja gue disuruh bantu masak, padahal pengennya jadi ratu sehari. Hahaa gpp sih :)

Abis makan siang gue sekeluarga ke mall, jalan jalan, beli kue dan beli kado.hihihi
Kayanya kebiasaan gue nanyain orang mau kado apa asalnya dari keluarga gue deh. Jadi, menurut gue, mendingan ditanyain langsung aja mau kado apa, daripada tebak tebak buah manggis ngasih kado yang belum tentu dipengenin. Selain ga mubazir, kadonya jadi lebih straight to the heart meskipun esensi surprise nya ga ada.

Abis itu birthday dinner deh sekeluarga, pulang dan beristirahat.

Ada sih yang bikin sedih di ulang tahun ini, soalnya ada orang yang gue tunggu tunggu engga mengucapkan selamat ulang tahun ke gue.wkwkwkw
Sepele sih, hanya 0,00009% dari kebahagiaan gue hari ini :D

Di ulang tahun gue ini, banyak sekali doa yang dipanjatkan temen temen semua, terima kasih banyak yaa , gue berdoa semoga terjadi pada kalian juga.

Harapan di umur 20 tahun ini banyak tapi cuma dua hal yg paling penting, yaitu sehat dan bahagia :)